"GOSSIP GIRL" : Nate Archibald
He's torn between the love of his life and the girl of his dreams
Kata-kata ini saya baca beberapa minggu yang lalu ketika saya iseng-iseng browsing ke tv.yahoo.com. Waktu itu saya sedang mencari informasi tentang kelanjutan serial favorit saya, Gossip Girl, yang ditunda kelanjutannya karena writer's strike. Tapi sekarang sih ALHAMDULILLAH strike-nya udah selesai, jadi udah mau shooting lagi.. hehehe can't wait to see para abege itu berantem lagi hahahahha.. such a guilty pleasure! ;P
Anyway, kembali ke topik semula, saya sempat diam setelah membaca kata-kata itu. Mencerna, lalu merasa perlu mempertanyakannya atau membahas dengan orang-orang dekat. Tapi toh akhirnya cuma saya simpan sendiri karena saya belum mendapat cukup pencerahan lebih lanjut tentang itu. Kata-kata itu tetap tersimpan dengan rapi di memori saya hingga hari ini, setelah secara kebetulan saya disadarkan akan arti kata-kata itu.
Hari ini saya habiskan di kampus untuk ngobrol dengan banyak orang. Salah satu orang itu adalah dia, yang sepertinya masuk ke dalam kategori "man of my dreams". Setelah terlibat dalam percakapan yang cukup lama, saya sadar selama ini saya menyimpan banyak denial. Saya selalu menyangkal dia adalah sosok seorang yang pantas saya kagumi. Saya nggak pernah sekalipun menganggap dia serius, walaupun saya juga nggak sedikitpun meremehkan dia. Hubungan kami.. mm agak sulit mendeskripsikannya. Yang jelas saya kenal dia dari seorang teman baik. Awalnya sama-sama merasa nggak perlu mengenal satu sama lain sampai suatu saat teman baik saya bilang dia mau meminjam sebuah buku dari saya. Dari situ saya dan dia mulai sering ngobrol dan bercanda, dan saya lupa gimana awalnya, kami beberapa kali sempat saling bercerita tentang pasangan masing-masing yang berujung saling sepet. Sayangnya anak kecil ini menang 1 angka dari saya, karena walaupun beberapa kali putus-nyambung dengan pacarnya, dia masih bisa mempertahankan ke-unavailability-nya sampai sekarang. Sementara saya? K.O. setelah 2 ronde "bolak-balik" itu.. heheheh.. ;D Sejak itu saya makin ngenes, dia makin ngelunjak dengan sejuta sindiran, ledekan or whatsoever ketika saya cuma bisa nyengir gondok.
Our relationship stays inside the box. Cuma sebatas itu karena kami sibuk dengan dunia masing-masing. Saya dan dia punya lingkungan yang berbeda walaupun lingkaran pergaulan kami memiliki irisan yang cukup luas. Tapi selalu menyenangkan ketika kami bisa sekedar duduk sambil ngobrol di kampus. Nah, hari ini, saya menemukan sebuah sisi dari dirinya yang nggak pernah saya tau sebelumnya, malah nggak pernah saya duga akan dia miliki. Di balik segala ke-silly-annya, ke-childish-annya, dan ketengilannya, hari ini sebuah moment of truth menunjukkan kalau dia adalah seseorang yang memang pantas dikagumi. Kesederhanaannya dan ketulusannya membuat saya merasakan sesuatu yang lain, nggak seperti biasanya. He looked really mature and adorable when he told everything about his view of life, his priorities in life, and how he treats people around him. I was sort of surprised and also melted when he told some stories about his personal life. Saya tau, dia nggak bermaksud untuk meng-impress. Dia tetaplah dia, yang minderan dan santai. Tapi ada sesuatu dari dirinya yang ternyata sangat sangat luar biasa, dan semakin terlihat wonderful karena dikemas dengan sebuah kesederhanaan. Amazing.
It is too early to say that I am in love with him. Butuh lebih dari itu untuk membuat saya jatuh cinta pada seseorang. Tapi jujur, i do adore him. Dan entah kenapa, kekaguman ini membuat saya ingin melihat dia setiap hari, dan bahkan terus mendengarkan semua ceritanya setiap hari. Tentang dia dan hidupnya, termasuk tentang seorang gadis beruntung yang jadi salah satu orang terpenting dalam hidupnya dan penyakit kronis yang nggak bikin dia putus asa atau berhenti menjalankan hidupnya. Tentang istikharahnya sebelum memutuskan sesuatu, tentang kecintaannya terhadap keluarga, semua tentang dia yang sebelumnya nggak pernah saya duga akan ada dalam dirinya. Yang saya dengar selama ini adalah sesuatu yang jauh berbeda, segala hal yang negatif, semua yang saya ingin hindari dari seorang laki-laki. Tapi hari ini, lewat mata, telinga dan hati, he turned out to be someone whom I am really looking for.
Seseorang yang saya cari itu tentu saja, merupakan seseorang yang memenuhi gambaran ideal di mata saya. Dia harus shaleh, smart, fleksibel, membumi, dan punya fighting spirit yang tinggi. Karakter inilah yang saya akan sebutkan ketika orang lain bertanya, "Menurutlo seperti apa sih laki-laki yang ideal itu?" karena memang itu yang saya sebut ideal, yang saya inginkan, yang saya dambakan, yang saya look for. The man of my dreams. Orang yang saya impikan ada di samping saya, tapi belum tentu bisa saya miliki. Karena ada juga kategori kedua yang disebut the love of my life: orang yang ditakdirkan untuk menjadi lifetime partner saya. Dan belum tentu dia adalah orang yang saya impikan.
Tentang kategori kedua ini, sebenarnya saya masih belum berani untuk berkoar-koar. Karena rasanya sampai saat ini saya belum diyakinkan tentang keberadaan seseorang yang merupakan love of my life. Well, dia pasti sudah ada, entah di sekitar saya atau justru terpisah jarak ribuan mil dari saya. Entah sudah pernah saya temui sebelumnya atau a total stranger. Saya nggak akan mempermasalahkan itu, tetapi jujur, ada seseorang yang menurut saya mungkin akan mendekati kategori ini: seseorang yang pernah menjadi bagian dalam hidup saya. Awalnya saya kira dia adalah "the man of my dreams", tapi setelah saya makin mengenalnya, dia tidak memenuhi gambaran ideal itu. Flaws here and there, but he completed me. Dia memberikan saya satu hal penting yang mungkin nggak bisa diberikan "the man of my dreams": rasa nyaman. Ini yang mahal, yang belum tentu bisa dikalahkan oleh kriteria-kriteria tadi. Literally speaking, dia pernah saya miliki, and that is why he is no longer the man of my dreams.
Still vaguely described? Memang. Konsep kedua ini memang masih belum pasti bisa saya jelaskan dengan baik, tetapi at least saya bisa memberikan perbedaan di antara keduanya. Seperti Nate Archibald dalam Gossip Girl. Pasangan Nate bernama Blair Waldorf yang bersahabat dengan Serena Van Der Woodsen. Walaupun sudah bertaun-taun pacaran dengan Blair, he always has a thing to Serena eventhough he already found the love of his life. And Serena, the girl of his dreams, stays unreachable.. at least sampai episode 13 season 1 kemarin.. hehehehe.. ;P
Tapi masih ada pertanyaan yang tersisa. Apakah "the man of my dreams" can become "the love of my life"? Atau apakah sesuai namanya, "man of my dreams", so he only stays in my dreams? Masih perlu waktu untuk menjawab hal ini, mungkin karena saya belum menemukan sosok yang bisa buat saya yakin mengatakan, "He's the love of my life.". Mungkin misteri ini baru akan terpecahkan ketika seseorang yang ditakdirkan untuk saya itu, berada di samping saya untuk mengikuti kata-kata penghulu nanti. You know how happy I will be if he is "the man of my dreams". But if he isnt, I wont mind because sometimes reality is much better than a dream
...because sometimes, what you want is not what is best for you.
He's torn between the love of his life and the girl of his dreams
Kata-kata ini saya baca beberapa minggu yang lalu ketika saya iseng-iseng browsing ke tv.yahoo.com. Waktu itu saya sedang mencari informasi tentang kelanjutan serial favorit saya, Gossip Girl, yang ditunda kelanjutannya karena writer's strike. Tapi sekarang sih ALHAMDULILLAH strike-nya udah selesai, jadi udah mau shooting lagi.. hehehe can't wait to see para abege itu berantem lagi hahahahha.. such a guilty pleasure! ;P
Anyway, kembali ke topik semula, saya sempat diam setelah membaca kata-kata itu. Mencerna, lalu merasa perlu mempertanyakannya atau membahas dengan orang-orang dekat. Tapi toh akhirnya cuma saya simpan sendiri karena saya belum mendapat cukup pencerahan lebih lanjut tentang itu. Kata-kata itu tetap tersimpan dengan rapi di memori saya hingga hari ini, setelah secara kebetulan saya disadarkan akan arti kata-kata itu.
Hari ini saya habiskan di kampus untuk ngobrol dengan banyak orang. Salah satu orang itu adalah dia, yang sepertinya masuk ke dalam kategori "man of my dreams". Setelah terlibat dalam percakapan yang cukup lama, saya sadar selama ini saya menyimpan banyak denial. Saya selalu menyangkal dia adalah sosok seorang yang pantas saya kagumi. Saya nggak pernah sekalipun menganggap dia serius, walaupun saya juga nggak sedikitpun meremehkan dia. Hubungan kami.. mm agak sulit mendeskripsikannya. Yang jelas saya kenal dia dari seorang teman baik. Awalnya sama-sama merasa nggak perlu mengenal satu sama lain sampai suatu saat teman baik saya bilang dia mau meminjam sebuah buku dari saya. Dari situ saya dan dia mulai sering ngobrol dan bercanda, dan saya lupa gimana awalnya, kami beberapa kali sempat saling bercerita tentang pasangan masing-masing yang berujung saling sepet. Sayangnya anak kecil ini menang 1 angka dari saya, karena walaupun beberapa kali putus-nyambung dengan pacarnya, dia masih bisa mempertahankan ke-unavailability-nya sampai sekarang. Sementara saya? K.O. setelah 2 ronde "bolak-balik" itu.. heheheh.. ;D Sejak itu saya makin ngenes, dia makin ngelunjak dengan sejuta sindiran, ledekan or whatsoever ketika saya cuma bisa nyengir gondok.
Our relationship stays inside the box. Cuma sebatas itu karena kami sibuk dengan dunia masing-masing. Saya dan dia punya lingkungan yang berbeda walaupun lingkaran pergaulan kami memiliki irisan yang cukup luas. Tapi selalu menyenangkan ketika kami bisa sekedar duduk sambil ngobrol di kampus. Nah, hari ini, saya menemukan sebuah sisi dari dirinya yang nggak pernah saya tau sebelumnya, malah nggak pernah saya duga akan dia miliki. Di balik segala ke-silly-annya, ke-childish-annya, dan ketengilannya, hari ini sebuah moment of truth menunjukkan kalau dia adalah seseorang yang memang pantas dikagumi. Kesederhanaannya dan ketulusannya membuat saya merasakan sesuatu yang lain, nggak seperti biasanya. He looked really mature and adorable when he told everything about his view of life, his priorities in life, and how he treats people around him. I was sort of surprised and also melted when he told some stories about his personal life. Saya tau, dia nggak bermaksud untuk meng-impress. Dia tetaplah dia, yang minderan dan santai. Tapi ada sesuatu dari dirinya yang ternyata sangat sangat luar biasa, dan semakin terlihat wonderful karena dikemas dengan sebuah kesederhanaan. Amazing.
It is too early to say that I am in love with him. Butuh lebih dari itu untuk membuat saya jatuh cinta pada seseorang. Tapi jujur, i do adore him. Dan entah kenapa, kekaguman ini membuat saya ingin melihat dia setiap hari, dan bahkan terus mendengarkan semua ceritanya setiap hari. Tentang dia dan hidupnya, termasuk tentang seorang gadis beruntung yang jadi salah satu orang terpenting dalam hidupnya dan penyakit kronis yang nggak bikin dia putus asa atau berhenti menjalankan hidupnya. Tentang istikharahnya sebelum memutuskan sesuatu, tentang kecintaannya terhadap keluarga, semua tentang dia yang sebelumnya nggak pernah saya duga akan ada dalam dirinya. Yang saya dengar selama ini adalah sesuatu yang jauh berbeda, segala hal yang negatif, semua yang saya ingin hindari dari seorang laki-laki. Tapi hari ini, lewat mata, telinga dan hati, he turned out to be someone whom I am really looking for.
Seseorang yang saya cari itu tentu saja, merupakan seseorang yang memenuhi gambaran ideal di mata saya. Dia harus shaleh, smart, fleksibel, membumi, dan punya fighting spirit yang tinggi. Karakter inilah yang saya akan sebutkan ketika orang lain bertanya, "Menurutlo seperti apa sih laki-laki yang ideal itu?" karena memang itu yang saya sebut ideal, yang saya inginkan, yang saya dambakan, yang saya look for. The man of my dreams. Orang yang saya impikan ada di samping saya, tapi belum tentu bisa saya miliki. Karena ada juga kategori kedua yang disebut the love of my life: orang yang ditakdirkan untuk menjadi lifetime partner saya. Dan belum tentu dia adalah orang yang saya impikan.
Tentang kategori kedua ini, sebenarnya saya masih belum berani untuk berkoar-koar. Karena rasanya sampai saat ini saya belum diyakinkan tentang keberadaan seseorang yang merupakan love of my life. Well, dia pasti sudah ada, entah di sekitar saya atau justru terpisah jarak ribuan mil dari saya. Entah sudah pernah saya temui sebelumnya atau a total stranger. Saya nggak akan mempermasalahkan itu, tetapi jujur, ada seseorang yang menurut saya mungkin akan mendekati kategori ini: seseorang yang pernah menjadi bagian dalam hidup saya. Awalnya saya kira dia adalah "the man of my dreams", tapi setelah saya makin mengenalnya, dia tidak memenuhi gambaran ideal itu. Flaws here and there, but he completed me. Dia memberikan saya satu hal penting yang mungkin nggak bisa diberikan "the man of my dreams": rasa nyaman. Ini yang mahal, yang belum tentu bisa dikalahkan oleh kriteria-kriteria tadi. Literally speaking, dia pernah saya miliki, and that is why he is no longer the man of my dreams.
Still vaguely described? Memang. Konsep kedua ini memang masih belum pasti bisa saya jelaskan dengan baik, tetapi at least saya bisa memberikan perbedaan di antara keduanya. Seperti Nate Archibald dalam Gossip Girl. Pasangan Nate bernama Blair Waldorf yang bersahabat dengan Serena Van Der Woodsen. Walaupun sudah bertaun-taun pacaran dengan Blair, he always has a thing to Serena eventhough he already found the love of his life. And Serena, the girl of his dreams, stays unreachable.. at least sampai episode 13 season 1 kemarin.. hehehehe.. ;P
Tapi masih ada pertanyaan yang tersisa. Apakah "the man of my dreams" can become "the love of my life"? Atau apakah sesuai namanya, "man of my dreams", so he only stays in my dreams? Masih perlu waktu untuk menjawab hal ini, mungkin karena saya belum menemukan sosok yang bisa buat saya yakin mengatakan, "He's the love of my life.". Mungkin misteri ini baru akan terpecahkan ketika seseorang yang ditakdirkan untuk saya itu, berada di samping saya untuk mengikuti kata-kata penghulu nanti. You know how happy I will be if he is "the man of my dreams". But if he isnt, I wont mind because sometimes reality is much better than a dream
...because sometimes, what you want is not what is best for you.